Surat untuk Lilis

Surat untuk Lilis
Keluarga PerDIK berpose bersama Lilis dan Wawan pengantin baru yang mengenakan pakaian adat Bugis Makassar bernuansa biru muda

Dear Lilis,

Hari ini rasanya seperti membuka halaman baru dalam sebuah buku yang sudah lama kita tulis bersama. Kami di PerDIK begitu bangga bisa menjadi bagian dari cerita hidupmu, terlebih lagi di momen yang spesial ini, saat kamu akan memulai babak baru bersama kekasih hatimu. Sungguh, rasanya seperti baru kemarin kami pertama kali berkenalan denganmu.Kamu pasti ingat momen Social Justice Youth Camp (SJYC) yang diinisiasi oleh PerDIK, tempat di mana banyak kisah dimulai dan pertemanan dengan teman-teman PerDIK tumbuh. Meski tak ingat tanggal pastinya, yang pasti, sejak pertemuan pertama itu kami langsung bisa merasakan kepolosan dan semangatmu.

Selama di PerDIK, kita sering berbagi momen-momen yang tak terlupakan, baik itu diskusi serius tentang advokasi atau sekadar lelucon ringan yang bisa membuat kita tertawa sampai perut sakit. Kamu selalu punya cara untuk membawa semangat ke dalam setiap pertemuan. Kadang, di tengah rapat yang serius, kamu bisa tiba-tiba menyeletuk dengan candaan polosmu yang membuat suasana cair, tapi ketika dibutuhkan, kamu juga bisa tampil serius, terutama saat membicarakan isu inklusi yang kita perjuangkan.

Lalu, ada Wawan yang mulai sering masuk dalam percakapan kita. Mulai dari cerita sederhana tentang bagaimana dia memperlakukanmu, hingga hal-hal yang lebih dalam, tentang masa depan dan komitmen yang kalian bangun bersama. Setiap kali kamu bercerita tentang dia, meski terkadang dengan keluhan kecil, selalu ada rasa bahagia yang terselip. Kamu bilang, “Dia memang bukan orang yang sempurna, tapi dia selalu ada saat saya butuh.” Buku-buku yang berderet diam di rak Pustakabilitas jadi saksinya.

Namun, di balik tawa dan cerita ringanmu, kami tahu kalian berdua telah melalui banyak rintangan besar, terutama di awal hubungan. Kamu pernah cerita bahwa kalian menjalin hubungan jarak jauh antara Makassar dan Malino. Kamu harus bolak-balik, menghadapi jarak yang tak mudah ditempuh, hanya untuk bisa bertemu. Kamu sempat bilang, “Kadang susah juga ya kalau cuma bisa ketemu sesekali. Rasanya kayak ada jarak yang tidak bisa ditembus.” Tapi, meskipun jarak sering menjadi tantangan, kami melihat betapa besar cinta kalian yang mampu melampaui semua itu.

Tidak hanya jarak, kamu juga pernah berbagi tentang tantangan dari keluarga yang awalnya tidak merestui hubungan kalian. “Susah,” katamu pelan waktu itu. “Keluargaku belum yakin, mereka pikir kita terlalu buru-buru.” Namun, di balik setiap keluhan kecilmu, ada tekad kuat yang kamu dan Wawan miliki untuk memperjuangkan hubungan ini. Wawan adalah lelaki yang gigih, yang tak pernah gentar dalam membuktikan keseriusannya. Dia terus meyakinkan keluargamu bahwa kalian akan mampu menjalani hidup bersama dengan saling mendukung. Kalian tahu bahwa cinta ini layak diperjuangkan.

Tak hanya itu, kamu juga sering bercerita tentang bagaimana Wawan bekerja keras demi mewujudkan impian kalian untuk menikah. “Dia benar-benar rela kerja keras siang-malam, saya sampai terharu melihat usahanya,” katamu suatu hari. Wawan adalah lelaki yang tangguh, yang siap berkorban apa pun demi memastikan bahwa hari pernikahan ini akan menjadi kenyataan. Dia bukan hanya pacar yang setia, tapi juga mitra hidup yang selalu siap menghadapi apa pun demi masa depan kalian. Dan kita tahu betul, semua kerja kerasnya bukan hanya demi membuktikan diri kepada keluargamu, tetapi juga demi memperjuangkan kebahagiaan kalian berdua.

Dan akhirnya, hari ini tiba. Kami semua datang beramai-ramai untuk menghadiri pesta pernikahanmu. Dari keluarga, sahabat, tetangga, dan teman-teman PerDIK, semua berbaris untuk menjabat tangan kalian di pelaminan. Kami tersenyum, berfoto bersama kalian di tengah panggung, momen yang akan menjadi kenangan indah yang abadi. Kalian berdua tampak begitu bahagia dan serasi, seperti dua bintang yang bersinar terang di langit yang sama.

Setelah momen berfoto, kami duduk di kursi, menikmati berbagai makanan pesta yang tersaji. Suasana semakin meriah saat alunan musik dangdut mulai terdengar, diiringi suara biduan electone yang memeriahkan suasana. Lagu-lagu dangdut lawas membuat kami ikut bernyanyi dan bergoyang kecil, meresapi kebahagiaan yang melingkupi tenda. Ah, suasana pernikahanmu benar-benar penuh dengan keceriaan dan cinta, tepat seperti yang selalu kamu impikan.

Sekarang, di hari yang indah ini, semua perjuangan itu akhirnya terbayar. Kalian berdiri di sini, bukan hanya sebagai pasangan yang bersatu karena cinta, tetapi juga karena keberanian dan keteguhan hati yang telah kalian tunjukkan sepanjang perjalanan. Semua rintangan membuat kalian semakin kuat. Dan hari ini, kalian berdua telah membuktikan bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalannya.

Lilis, kami ingin mengucapkan selamat dengan segenap hati. Kami percaya bahwa kamu dan Wawan akan terus tumbuh bersama, menghadapi setiap tantangan di masa depan dengan semangat yang sama seperti yang telah kalian tunjukkan selama ini. Dan Wawan—lelaki yang kini menjadi suamimu—adalah sosok yang telah membuktikan bahwa dia adalah pendamping yang setia, tangguh, dan siap menghadapi segala badai bersama-sama.

Semoga perjalanan kalian sebagai suami-istri selalu dipenuhi dengan cinta, kebahagiaan, dan keberkahan. Teruslah menjadi Lilis yang penuh semangat dan tak pernah berhenti berjuang, dan yakinlah Wawan akan selalu ada di sisimu, mendukung dan melindungimu. Ini bukan hanya awal dari pernikahan, tetapi juga awal dari petualangan baru yang sesungguhnya.

Kami hanya ingin berpesan, sesekali ajaklah suamimu menemui kami di PerDIK. Barangkali ia bisa menjadi teman baru, berbagi canda atau sekadar teman menyuruput secangkir kopi di antara tumpukan buku dan mimpi-mimpi.[]

Salam hangat dari kami,

Rumah PerDIK

 

Daeng Maliq

Kepala suku Pustakabilitas dan Penerbit PerDIK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *